Tradisi Islam Lampung
Tradisi Islam Lampung
Halo
sobat, gue sekarang ingin ngeshare suatu kebudayaan kampung halamanku, ceilah.
Ya, tetapi berbeda karena kebudayaan yang satu ini bernafaskan Islam. Cekidot!
1. Kebiasaan
Ngarak Maju Atau Budaya Ngarak
Dalam adat perkawinan pada Masyarakat Adat Lampung Pesisir
dikenal istilah “Ngarak Maju”. Ngarak menurut istilah adalah Arak-arakan,
sedangkan Maju adalah Pengantin. Maka “Ngarak Maju” adalah Adat arak-arakan
pengantin Lampung yang dilakukan di tempat pihak pengantin pria, sebagai pertanda
bahwa si pria telah resmi menikahi dengan si wanita (pengantin perempuan).
Dalam tradisi ngarak tersebut unsur yang terpengaruh Budaya
Islam adalah penggunaan alat musik Rabana sebagai alat musik pengiring
arak-arakan dan pelantunan Salawat dan Syair Arab yang dikenal dengan istilah
Zikir Lama dan Zikir Baru. Demikian juga pada saat pengantin telah tiba di
rumah pihak pengantin pria (setelah diarak), maka pihak keluarga si Pria
menyambut rombongan Arakan tersebut dengan melantunkan Syair Arab “Lail”
(ciptaan Imam Maliki).
2. Adat Manjau Pedom
Adat Manjau Pedom adalah Adat bertamu untuk menginap di rumah
pihak wanita oleh pihak keluarga pria yang dilakukan setelah prosesi ijab
kabul. Hal yang ditekankan dalam Adat Manjau Pedom ini adalah menjalin hubungan
silaturahmi antara keluarga pihak mempelai, sehingga terjalin hubungan saudara
yang kuat dan saling tolong menolong antar kedua keluarga.
3. Cempala Khua Belas
Dalam peraturan bujang gadis dikenal istilah “Cempala Khua
Belas”, dimana hal ini mengatur tentang pergaulan bujang gadis dan barang siapa
yang melanggar aturan Adat tersebut maka akan diberi sangsi. Dalam aturan
tersebut tersurat akan adanya pengaruh hukum Islam yang mengatur hubungan pria
dan wanita yang bukan muhrim, aturan pergaulan hidup bermasyarakat, serta
aturan kesopanan dan kesusilaan.
4. Alat Musik dan Kesenian
Pemakaian alat musik dan kesenian yang terpengaruh Budaya
Islam adalah Alat musik Rabana, Gitar Tunggal, Gitar Gambus dan Piul (Biola).
Alat tersebut digunakan pada saat prosesi adat atau pun pada saat pertunjukan
kesenian pada pesta perkawinan. Sehingga kita kenal hingga saat ini kesenian
Orkes Gambus Lampung yang telah muncul sejak tahun 1970-an.
5. Acara Betamat
“Betamat” berasal dari kata tamat (selesai), tetapi menurut
makna adalah membaca sebagian ayat-ayat Alquran (Juz Amma) pada malam hari yang
biasanya dilakukan pada saat Khitanan dan Perkawinan. Dalam acara Betamat juga
dilakukan pengarakan dari tempat guru ngaji anak-anak atau bujang gadis yang
akan melakukan betamat.
6. Acara Khatam Al-Quraan
Acara Khataman Al-Quraan biasanya dilakukan oleh beberapa
orang (biasanya kaum bapak dan bujang) di rumah kerabat seseorang yang
meninggal, yang biasnya dilakukan (dapat diselesaikan) selama 7 hari disamping
acara Tahlilan. Pada zaman dulu, Acara Khataman Al-Quraan dilakukan juga pada
saat Acara Sebambangan, yang dilakukan di rumah pihak laki-laki setelah wanita
yang dibambangkan menginap 1 hari di rumah kepala adat. Acara ini dilakukan
kira-kira sampai 3 – 7 hari oleh bujang-gadis, menungggu keluarga pihak wanita
menyusul untuk memberi persetujuan kepada calon mempelai.
7. Acara Marhabanan
Acara Marhabanan adalah acara syukuran dengan membaca Kitab
Bersanzi yang dilakukan oleh kaum bapak atau bujang dalam memberi nama seorang
bayi. Acara ini dilakukan biasanya pada malam hari di rumah keluarga atau kakek
si bayi. Disamping memberi nama seorang bayi, dilakukan juga pemberian
kenamongan bayi tersebut (Baca: Adat Namong dalam Masyarakat Adat Way Lima).
8. Tradisi Masyarakat yang lain
Dalam masyarakat banyak tradisi yang masih bertahan dilakukan
karena masih dianggap baik dan tidak bertentangan dengan agama, antara lain:
·
Rhuahan bersedekah dengan mengundang tetangga
dekat guna memanjatkan do’a bagi para saudara mu’min dan muslim yang telah
meninggal dunia serta untuk muslimi dan mukminin yang masih hidup, terutama
mendoakan para arwah keluarga si pengundang, karena itu disebut “ruahan”
(berasal dari kata (ruh). Biasanya dalam undangan tersebut dihidangkan sedikit
makanan dan minuman.
·
Tabuh Beduk. Beduk sangat besar fungsinya bagi
kehidupan masyarakat di kampung. Beduk tidak boleh dibunyikan sembarang waktu,
karena akan menimbulkan kericuhan masyarakat bila dibunyikan tidak sesuai
dengan kepentingannya.
Macam-macam tabuh beduk itu antara
lain:
a)
Tabuh beduk untuk menunjukkan waktu shalat, di
bunyikan pada tiap waktu shalat (5 waktu).
b)
Tabuh beduk pada waktu shalat Jum’at, di
bunyikan 2 x, yaitu jam 11 untuk persiapan, dan 11.30 untuk segera berkumpul.
c)
Tabuh beduk untuk menunjukkan waktu shalat
tarawih, khusus bulan Ramadhan, di bunyikan dengan nada khusus, sekitar jam 7
sampai jam 7.30 malam.
d)
Tabuh beduk bulangekh, di bunyikan sehari
menjelang bulan Ramadhan.
e)
Tabuh beduk menjelang lebaran bulan Romadhon
(I’dul Fitri).
“BudayaLampung merupakan perpaduan antara 3 Budaya Dunia
yaitu Budaya Cina, Budaya India dan Budaya Arab” (Referensi Anjak Seandanan)
2 comments: