Proses Masuk dan Berkembangnya Hindu-Buddha di Indonesia

7:06 PM Unknown 1 Comments

Proses Masuk dan Berkembangnya Hindu-Buddha di Indonesia






            Hai sobat, berjumpa kembali dengan saya. Kali ini masih demgan topik sejarah, kita akan membahas tentang proses masuk dan berkembangnya Hindu-Buddha di Indonesia. Langsung aja yuk kita simak, cekidot.

Preface

            Sejak awal tahun Masehi telah berkembang hubungan perdagangan antara Asia Barat, Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Asia Timur melalui jalur laut.
            Berkembangnya hubungan perdagangan melalui jalur laut tersebut, disebabkan terjadinya peperangan di jalur darat Asia Tengah. Peperangan itu menyebabkan jalur perdagangan darat (jalur sutra) menjadi tidak aman.
            Secara geografis, Indonesia terletak di kawasan Asia Tenggara dan berada pada jalur pelayaran laut antara Asia Selatan dan Asia Timur. Dengan demikian, Indonesia juga ikut terlibat dalam hubungan perdagangan antara Asia Selatan (India) dan Asia Timur (Cina). Indonesia berperan sebagai tempat transit atau singgah para pedagang dari kedua wilayah tersebut.
            Hubungan perdagangan antara Indonesia dan India telah terjadi lebih dahulu dibandingkan dengan Cina. Hal itu disebabkan system angin di Indonesia lebih memudahkan pelayaran ke India dan Persia daripada ke Cina. Pelayaran dari India ke Indonesia banyak dilakukan dengan menyusuri pantai sehingga tidak selalu menyeberangi Teluk Benggala.
            Orang India diperkirakan telah mengenal Indonesia sebelum tahun Masehi. Hal itu dapat dibuktikan dengan kitab Ramayana yang di dalamnya terdapat nama Jawadwipa (jawa berarti jewawut atau beras, dwipa berarti pulau). Di samping itu, ada lagi kata Suwarnadwipa (suwarna berarti emas, dwipa berarti pulau). Jawadwipa yang dimaksudkan adalah pulau Jawa (karena gudangnya beras), sedangkan Suwarnadwipa yang dimaksud adalah Sumatera (karena banyak menghasilkan emas). Hubungan dagang antara Indonesia dajn India berkembang makin intensif sejak abad ke-2 Masehi. Hubungan dagang antara Indonesia dan Cina baru berkembang pada abad ke-3 Masehi. Bukti tertulis tentang hubungan perdagangan dan pelayaran itu dapat ditelusuri dari laporan perjalanan Fa Hien (Fa Hsien). Ia adalah peziarah dari Cina yang dalam perjalanannya ke India singgah di Jawa (Tarumanegara) pada abad ke-5 Masehi. Bukti lain berasal dari Pendeta Gunawarman yang berlayar dari India ke Cina.
            Bersamaan dengan berkembangnya hubungan dagang antara India dan Indonesia, masuk pula agama dan kebudayaan Hindu-Buddha ke Indonesia. Agama Hindu masuk ke Indonesia sejak abad ke-2 Masehi. Bersamaan dengan masuknya agama Hindu di Indonesia, masuk pula agama dan kebudayaan Buddha. Berita masuknya agama Buddha ke Indonesia bersumber dari seorang pendeta Buddha dari Cina yang bernama Fa Hien. Dari India, Fa Hien berlayar pulang ke Cina. Pada saat berlayar, kapalnya mengalami kerusakan akibat angina topan. Fa Hien terpaksa singgah di Ye-Po-Ti (Jawadwipa). Fa Hien menyatakan bahwa di Ye-Po-Ti banyak dijumpai berhala dan kaum brahmana, sedangkan agama Buddha hampir tidak ada. Hal itu berarti abad ke-5 agama Buddha belum masuk ke Jawa.
Pada abad ke-7, di Indonesia ditemukan prasasti bersifat Buddha yang dibuat oleh raja-raja Sriwijaya. Hal itu menunjukkan bahwa pada abad ke-7 M agama Buddha telah masuk ke Indonesia. Mula-mula yang berkembang adalah aliran Buddha Hinayana. Kemudian pada tahap selanjutnya berkembang aliran Buddha Mahayana. Proses penyebaran agama dan kebudayaan Hindu-Buddha tidaklah instan, memerlukan waktu dan proses yang panjang. Peroses penyebaran ini belum memiliki satu teori yang pasti sehingga masih berupa hipotesis dari para ahli.
Secara umum, proses penyebaran agama Hindu-Buddha di Indonesia terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah yang menyebutkan bahwa agama Hindu-Buddha masuk melalui orang India yang masuk ke Indonesia. Kemudian mereka menyebarkan agama Hindu-Buddha. Bagian kedua adalah yang menyebutkan bahwa agama Hindu-Buddha menyebar di Indonesia oleh orang-orang Indonesia itu sendiri.

Teori Brahmana
By : JC Van Leur

Menurut JC Van Leur, kasta brahmana / orang orang Brahmana adalah yang paling mungkin untuk menyebarkan agama, karena mereka mengerti bahasa sansekerta dan huruf pallawa, sehingga dapat membaca kitab-kitab. Di dalam kitab yang mereka baca terdapat banyak ajaran ajaran tentng agama. Para brahmana datang ke Nusantara diundang oleh penguasa Nusantara untuk menobatkan menjadi raja dengan upacara Hindu (abhiseka = penobatan), selain itu kaum brahmana juga memimpin upacara-upacara keagamaan dan mengajarkan ilmu pengetahuan. Sebab lainnya adalah Para Brahmana diundang ke Nusantara oleh para kepala suku untuk menyebarkan ajarannya pada masyarakatnya yang masih memiliki kepercayaan animisme dan dinamisme.
Teori ini dilandaskan pada prasasti-prasasti peninggalan kerajaan Hindu Budha di Indonesia pada masa lampau yang hampir semuanya menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Saksekerta. Seperti yang sudah disebutkan diatas, di India, aksara dan bahasa ini hanya dikuasai oleh golongan Brahmana.
Selain itu, teori masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia karena peran serta golongan Brahmana juga didukung oleh kebiasaan ajaran Hindu. Seperti diketahui bahwa ajaran Hindu yang utuh dan benar hanya boleh dipahami oleh para Brahmana. Pada masa itu, hanya orang-orang golongan Brahmana-lah yang dianggap berhak menyebarkan ajaran Hindu

Kelebihan   :
Di Indonesia, banyak prasasti Hindu-Budha yang menggunakan bahasa sansekerta dan huruf pallawa. Bahasa tersebut pada saat itu hanya dikuasi oleh kaum Brahmana

  1. Kaum Brahmana paling paham ajaran agama Hindu-Buddha, sehingga hanya merekalah yang berhak dan mampu menyebarkannya.
  2. Prasasti pertama di Indonesia menggunakan bahasa Sansekerta yang hanya dikuasai oleh kaum Brahmana.
  3. Kaum Brahmana yang datang untuk mengadakan upacara penobatan memberikan kitab Weda sebagai hadiah bagi sang raja.
  4. Para Brahmana sengaja didatangkan ke Indonesia untuk mengajar di lingkungan istana.
  5. Adanya bukti bahwa terdapat Kampung Keling yang memerlukan kaum Brahmana untuk upacara agama.

Kelemahan :
Dalam tradasi Hindu-Budha kaum Brahmana pantang menyebrang lautan
Brahmana menurut ajaran tidak diperbolehkan untuk berpergian, mereka bertugas untuk bertapa, mendekatkan diri kepada sang kuasa, di suatu tempat peribadatan.

  1. Mempelajari bahasa Sansekerta sangat sulit, sehingga tidak mungkin dilakukan raja-raja di Indonesia hanya dengan mempelajari kitab Weda.
  2. Brahmana dilarang menyeberangi lautan apalagi meninggalkan tanah air, sehingga mendatangkan Brahmana merupakan hal yang tidak mungkin.

Teori Ksatria
By : C.C. Berg, Mookerji, J.L. Moens

Teori ini menjelaskan bahwa agama dan kebudayaan hindu budha datang dibawa oleh golongan ksatria, Hal ini disebabkan kekacauan politik di india, sehingga para ksatria yang kalah melarikan diri ke indonesia. Mereka lalu mendirikan kerajaan-kerajaan serta menyebarkan agama hindu. Terdapat beberapa ahli yang mengumukakan pendapatnya unutk teori ini. Mereka percaya bahwa teori ini dibawa oleh para kstaria karna mereka memiliki jiwa mengembara yang kuat.
Berikut beberapa pendapat ahli :

1.         C. C BERG
Pada zaman dahulu ,saaat kstaria sampai di Indonesia, mereka diminta untuk membatu salah satu pihak / kelompok untuk menglahkan musuhnya. Dengan sebuah perjanjian yaitu, saat ksatria memenangkan pertarungan maka, ia dapat menekahi perempuan pribumi. Setelah kejadian tersebut dan ksatria dapat memengkan pertarungan tersbut. Ia dapat menikah dengan perempuan pribumi dan dapat dengan mudah menyebarkan ajaran agama Budha/Hindu

2.         Mookerji
Dalam pandangannya,ia menyatakan bahwa para ksatria lah yang memiliki peran dalam proses penyebaran agama Hindu-Budha di Indonesia yang di kemudiannya mereka membangun koloni-koloni yang akhirnya membentuk sebuah kerajaan.

3.         J. L Moens
Ia berpendapat bahwa proses terbentuknya kerajaan-kerajaan yang berada di Indonesia yang terbentuk pada sekitar awal abad ke-5, memiliki kaitan dengan situasi yang terdapat di India, yaitu hancurnya kerajaan yang berada di India yang menyebabkan parakeluarga kerajaannya melarikan diri ke Indonesia. Nantinya mereka akan berkembang di Indonesia dan kemudian mendirikan kerajaan sendiri.

Kelebihan :
Kaum Ksatria menunjukan rasa semangat dalam berpetualang ke seluruh dunia

  1. Para Ksatria memiliki semangat berpetualang dan menaklukkan daerah lain.
  2. Menurut C.C. Berg, para ksatria terlibat konflik dalam masalah perebutan kekuasaan di Indonesia. Apabila menang, mereka akan dinikahkan dengan putri dari kepala suku yang dibantunya. Maka, tradisi Hindu berkembang dengan mudah melalui perkawinan ini.
  3. Menurut Mookerji, para ksatria membangun koloni-koloni yang berkembang menjadi kerajaan dan menjalin hubungan dengan kerajaan India.
  4. Menurut J. L. Moens, para ksatria yang melarikan diri mendirikan kerajaan baru di Indonesia.

Kekurangan :
·   
  1. Tidak mungkin pelarian kstaria dari India bisa mendapat kedudukan yang tinggi di Indonesia, karena pada saat itu pemimpin di Indonesia adalah orang yang dirasa memiliki kelebihan dibanding yang lain.
  2. Tidak ada bukti yang kuat bahwa penyerangan yang dilakukan India terhadap Indonesia bertujuan untuk menyebarkan agama Hindu.
  3. Kehidupan masyarakat Indonesia tidak sama dengan masyarakat India. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi penguasaan secara mendasar pada aspek kehidupan masyarakat Indonesia.
  4. Para Ksatria tidak menguasai bahasa Sansekerta
  5. Tidak ditemukan prasasti/peninggalan yang menunjukkan adanya penaklukkan yang dilakukan India.

Teori Waisya
By : N.J. Krom

Menurut teori ini, orang-orang dari kasta waisya lah yang menyebarkan agama hindu dan buddha. Sebagaimana diketahui, bahwa kasta waisya adalah kasta yang terdiri dari para pedagang. Dan pada zaman dahulu (bahkan di beberapa tempat sampai sekarang) kasta ini adalah kasta dengan jumlah anggota terbesar. Para pedagang, mereka mengikuti angin musim (setengah tahun berganti arah) dan enam bulan menetap di Indonesia. Pedagang tersebut selain berdagang juga memperkenalkan agama Hindhu Budha di masyarakat nusantara. Saat ingin kembali ke India, mereka harus menunggu angin musim agar dapat kembali ke India akhirnya selama para pedagang tersebut tinggal menetap, memungkinkan terjadinya perkawinan dengan perempuan-perempuan pribumi.

Kelebihan :
Banyak Sumber Daya Alam (SDA) di Indonesia dan para pedagang yang berasal dari India dan menyebarkan agama Hindu-Buddha ketika berdagang

  1. Teori ini masuk akal, karena besar kemungkinan agama dan kebudayaan tersebut tersebar melalui interaksi perdagangan.
  2. Ditemukannya perkampungan pedagang India di beberapa daerah di Indonesia (Kampung Keling)

Kelemahan :
·         Jika para pedagang datang, mereka datang ke daerah pesisir pantai, sehingga terjadinya pengaruh agama hindu dan budha di dekat pesisir pantai. Kerajaan-kerajaan yang ditemukan berada di pedalaman yang cukup jauh (bahkan sangat jauh) dari pesisir pantai.
·         Para Pedagang tidak mengerti bahasa Sansekerta dan huruf pallawa. Padahal, semua yang menyangkut tentang keagamaan tertulis dalam kitab agama yang dituliskan dengan bahasa Sansekerta dan huruf pallawa.
  1. Motif bangsa India datang ke Indonesia adalah untuk berdagang, sehingga hubungan sosial yang terbentuk hanya berkisar seputar perdagangan, bukan penyebaran agama.
  2. Mereka lebih banyak menetap di daerah sekitar pantai untuk memudahkan perdagangan. Namun, kerajaan-kerajaan Hindu malah ditemukan di daerah pedalaman. Sehingga, agama ini tidak disebarkan oleh Waisya.
  3. Penghuni Kampung Keling memeiliki kedudukan yang sama dengan warga Indonesia di daerah itu, sehingga pengaruh agama yang mereka bawa tidaklah memberikan perubahan yang besar terhadap penduduk Indonesia.
  4. Kaum Waisya tidak bertugas menyebarkan agama. Mereka pun tidak memahami ajaran agama secara mendalam karena ketidak mampuannya dalam memahami bahasa Sansekerta layaknya kaum Brahmana.
  5. Tulisan dalam prasasti dan bangunan keagamaan Hindu ditemukan tertulis dalam bahasa Sansekerta yang hanya dipahami Kaum Brahmana.

Teori Arus Balik
By : G. Coedes

Teori ini mengatakan bahwa agama dan kebudayaan Hindu/Buddha pengaruh dari masyarakat Indonesia sendiri, yaitu karena peran aktif masyarakat Indonesia di masa silam. G. Coedes, pendekung teori ini menyatakan bahwa masyarakat di Indonesia lah yang berperan aktif dalam proses penyebaran agama Hindu-Budha. Orang India yang pertama kali masuk ke Indonesia adalah orang-orang yang memiiliki keinginan untuk menyebarkan agama Hindu-Budha. Kemudian setelah itu, muncul lah tokoh-tokoh masyarakat yang tertarik dengan ajaran Hindu-Budha dan kemudian pergi ke India untuk memperdalam ilmunya mengenai agama Hindu-Budha.
Terlepas dari teori tersebut , orang-orang Indonesia ikut memegang peranan penting dalam masuknya agama dan budaya India. Orang-orang Indonesia yang memiliki pengetahuan dari pada pendeta India kemudian pergi ke tempat asal guru mereka untuk melakukan ziarah dan menambah ilmu mereka. Sekembalinya dari India dengan bekal pengetahuan yang cukup, mereka ikut serta menyebarkan agama dan budaya dengan memakai bahasa mereka sendiri. Ajaran-ajaran yang mereka sebarkan dapat lebih cepat diterima oleh penduduk. Jadi, proses masuknya budaya India ke Indonesia menjadi lebih cepat dan mudah.
Hal lainnya yaitu ketika masyarakat pribumi pergi ke India, penduduk pribumi tertarik akan kesaaman budaya yang dimiliki India-indonesia . Misalnya saja; candi dengan punden berundak, kepercayaan, dan sebagainya.
Orang-orang pribumi pun akhirnya mendalami kebudayaan tersebut, mereka turut menumpang kapal pedagang untuk pergi ke India. Di sana ia pasti bertemu dengan para brahmana, dan akhirnya mendalami agama Hindu-Buddha. Setelah itu mereka pulang dan menyampaikan ilmu yang diperolehnya.

Kelebihan  :
  1. Adanya kemungkinan para bangsawan di Indonesia mengunjungi India untuk belajar agama dan budaya.
  2. Lebih menekankan keaktifan bangsa Indonesia berpartisipasi dalam proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu ke Indonesia.
Kelemahan :
Kemungkinaan orang Indonesia untuk belejar agama Hindu-Budha ke india sulit, karena pada masa itu orang indonesia masih bersifat pasif.

Peta jalur penyebaran agama Hindu-Budha di indonesia


Bukti-Bukti Peninggalan:
  1. Candi Borobudur
Candi Borobudur berbentuk punden berundak, yang terdiri dari enam tingkat berbentuk bujur sangkar, tiga tingkat berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Selain itu tersebar di semua tingkat-tingkatannya beberapa stupa.
Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra.
candi borobudur
  1. Candi Mendut
Ciri-Ciri nya :
Hiasan yang terdapat pada candi Mendut berupa hiasan yang berselang-seling. Dihiasi dengan ukiran makhluk-makhluk kahyangan berupa bidadara dan bidadari, dua ekor kera dan seekor garuda.

Candi Mendut adalah sebuah candi berlatar belakang agama Buddha. Candi ini terletak di desa Mendut, kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, beberapa kilometer dari candi Borobudur.
Candi Mendut didirikan semasa pemerintahan Raja Indra dari dinasti Syailendra. Di dalam prasasti Karangtengah yang bertarikh 824 Masehi, disebutkan bahwa raja Indra telah membangun bangunan suci bernama veluvana yang artinya adalah hutan bambu. Oleh seorang ahli arkeologi Belanda bernama J.G. de Casparis, kata ini dihubungkan dengan Candi Mendut.

Candi Mendut
  1. Kitab Cilpa Sastra, merupakan peninggalan Kerajaan Syailendra yang berisi dasar-dasar pokok membuat candi.
  2. Prasasti Muara Kaman, di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Prasasti ini ditulis sekitar tahun 400 Masehi, berisi tentang sejarah Kerajaan Kutai.Prasasti muara kaman
  3. Prasasti Canggal tahun 732 M, di dekat Magelang. Berisi tentang Kerajaan Mataram Hindu dengan Raja Sanjaya.
  4. Yupaprasasti canggal
Yupa adalah prasasti yang dituliskan pada tiang batu. Awalnya, yupa digunakan untuk mengikat kurban, baik hewan maupun manusia yang akan dipersembahkan kepada dewa.
Yupa ditemukan di Kalimantan Timur, pada abad ke-5 yang berisi tentang kisah seorang raja bernama Mulawarman yang baik budiman dan mempunyai kakek bernama Kudungga. Saat pemerintahan Mulawarman, rakyat hidup makmur dan sejahtera. Mulawarman juga memiliki hubungan yang baik dengan kaum Brahmana.
Yupa-di-Kutai
  1. Patung Gajah Mada
Patung ini dibuat untuk mengenang jasa-jasa Patih Gajahmada dalam mempersatukan Nusantara di bawah Majapahit. Pada saat diangkat menjadi Mangkubumi atau Perdana Menteri Majapahit, Gajah Mada mengucapkan sumpah yang bernama “Sumpah Palapa”.
Gajah-Mada_Madakaripura1
  1. Patung Buddha
Ditemukan di Bukit Siguntang, Palembang pada abad ke-2. Patung Buddha merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya sebagai bukti bahwa agama Buddha berkembang dengan baik. Selain itu terdapat juga patung Buddha di Candi Mendut.

budha1

1 comment: