Proses Masuk dan Berkembangnya Hindu-Buddha di Indonesia
Hai
sobat, berjumpa kembali dengan saya. Kali ini masih demgan topik sejarah, kita
akan membahas tentang proses masuk dan berkembangnya Hindu-Buddha di Indonesia.
Langsung aja yuk kita simak, cekidot.
Preface
Sejak
awal tahun Masehi telah berkembang hubungan perdagangan antara Asia Barat, Asia
Selatan, Asia Tenggara, dan Asia Timur melalui jalur laut.
Berkembangnya
hubungan perdagangan melalui jalur laut tersebut, disebabkan terjadinya
peperangan di jalur darat Asia Tengah. Peperangan itu menyebabkan jalur
perdagangan darat (jalur sutra) menjadi tidak aman.
Secara
geografis, Indonesia terletak di kawasan Asia Tenggara dan berada pada jalur
pelayaran laut antara Asia Selatan dan Asia Timur. Dengan demikian, Indonesia
juga ikut terlibat dalam hubungan perdagangan antara Asia Selatan (India) dan
Asia Timur (Cina). Indonesia berperan sebagai tempat transit atau singgah para
pedagang dari kedua wilayah tersebut.
Hubungan
perdagangan antara Indonesia dan India telah terjadi lebih dahulu dibandingkan
dengan Cina. Hal itu disebabkan system angin di Indonesia lebih memudahkan
pelayaran ke India dan Persia daripada ke Cina. Pelayaran dari India ke
Indonesia banyak dilakukan dengan menyusuri pantai sehingga tidak selalu
menyeberangi Teluk Benggala.
Orang
India diperkirakan telah mengenal Indonesia sebelum tahun Masehi. Hal itu dapat
dibuktikan dengan kitab Ramayana yang di dalamnya terdapat nama Jawadwipa
(jawa berarti jewawut atau beras, dwipa berarti pulau). Di
samping itu, ada lagi kata Suwarnadwipa (suwarna berarti emas, dwipa
berarti pulau). Jawadwipa yang dimaksudkan adalah pulau Jawa (karena gudangnya
beras), sedangkan Suwarnadwipa yang dimaksud adalah Sumatera (karena banyak
menghasilkan emas). Hubungan dagang antara Indonesia dajn India berkembang
makin intensif sejak abad ke-2 Masehi. Hubungan dagang antara Indonesia dan
Cina baru berkembang pada abad ke-3 Masehi. Bukti tertulis tentang hubungan perdagangan
dan pelayaran itu dapat ditelusuri dari laporan perjalanan Fa Hien (Fa
Hsien). Ia adalah peziarah dari Cina yang dalam perjalanannya ke India singgah
di Jawa (Tarumanegara) pada abad ke-5 Masehi. Bukti lain berasal dari Pendeta
Gunawarman yang berlayar dari India ke Cina.
Bersamaan
dengan berkembangnya hubungan dagang antara India dan Indonesia, masuk pula
agama dan kebudayaan Hindu-Buddha ke Indonesia. Agama Hindu masuk ke Indonesia
sejak abad ke-2 Masehi. Bersamaan dengan masuknya agama Hindu di Indonesia,
masuk pula agama dan kebudayaan Buddha. Berita masuknya agama Buddha ke
Indonesia bersumber dari seorang pendeta Buddha dari Cina yang bernama Fa Hien.
Dari India, Fa Hien berlayar pulang ke Cina. Pada saat berlayar, kapalnya
mengalami kerusakan akibat angina topan. Fa Hien terpaksa singgah di Ye-Po-Ti
(Jawadwipa). Fa Hien menyatakan bahwa di Ye-Po-Ti banyak dijumpai berhala dan kaum
brahmana, sedangkan agama Buddha hampir tidak ada. Hal itu berarti abad ke-5
agama Buddha belum masuk ke Jawa.
Pada abad ke-7, di Indonesia
ditemukan prasasti bersifat Buddha yang dibuat oleh raja-raja Sriwijaya. Hal
itu menunjukkan bahwa pada abad ke-7 M agama Buddha telah masuk ke Indonesia. Mula-mula
yang berkembang adalah aliran Buddha Hinayana. Kemudian pada tahap selanjutnya
berkembang aliran Buddha Mahayana. Proses penyebaran agama dan kebudayaan
Hindu-Buddha tidaklah instan, memerlukan waktu dan proses yang panjang. Peroses
penyebaran ini belum memiliki satu teori yang pasti sehingga masih berupa
hipotesis dari para ahli.
Secara umum, proses
penyebaran agama Hindu-Buddha di Indonesia terbagi menjadi dua bagian. Bagian
pertama adalah yang menyebutkan bahwa agama Hindu-Buddha masuk melalui orang
India yang masuk ke Indonesia. Kemudian mereka menyebarkan agama Hindu-Buddha.
Bagian kedua adalah yang menyebutkan bahwa agama Hindu-Buddha menyebar di
Indonesia oleh orang-orang Indonesia itu sendiri.
Teori Brahmana
By : JC Van Leur
Menurut JC Van Leur, kasta
brahmana / orang orang Brahmana adalah yang paling mungkin untuk menyebarkan
agama, karena mereka mengerti bahasa sansekerta dan huruf pallawa, sehingga
dapat membaca kitab-kitab. Di dalam kitab yang mereka baca terdapat banyak
ajaran ajaran tentng agama. Para brahmana datang ke Nusantara diundang oleh
penguasa Nusantara untuk menobatkan menjadi raja dengan upacara Hindu (abhiseka
= penobatan), selain itu kaum brahmana juga memimpin upacara-upacara keagamaan
dan mengajarkan ilmu pengetahuan. Sebab lainnya adalah Para Brahmana diundang
ke Nusantara oleh para kepala suku untuk menyebarkan ajarannya pada
masyarakatnya yang masih memiliki kepercayaan animisme dan dinamisme.
Teori ini dilandaskan pada
prasasti-prasasti peninggalan kerajaan Hindu Budha di Indonesia pada masa
lampau yang hampir semuanya menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Saksekerta.
Seperti yang sudah disebutkan diatas, di India, aksara dan bahasa ini hanya
dikuasai oleh golongan Brahmana.
Selain itu, teori masuknya
Hindu-Buddha ke Indonesia karena peran serta golongan Brahmana juga didukung
oleh kebiasaan ajaran Hindu. Seperti diketahui bahwa ajaran Hindu yang utuh dan
benar hanya boleh dipahami oleh para Brahmana. Pada masa itu, hanya orang-orang
golongan Brahmana-lah yang dianggap berhak menyebarkan ajaran Hindu
Kelebihan
:
Di Indonesia, banyak prasasti Hindu-Budha yang
menggunakan bahasa sansekerta dan huruf pallawa. Bahasa tersebut pada saat itu
hanya dikuasi oleh kaum Brahmana
- Kaum Brahmana paling paham ajaran agama Hindu-Buddha, sehingga hanya merekalah yang berhak dan mampu menyebarkannya.
- Prasasti pertama di Indonesia menggunakan bahasa Sansekerta yang hanya dikuasai oleh kaum Brahmana.
- Kaum Brahmana yang datang untuk mengadakan upacara penobatan memberikan kitab Weda sebagai hadiah bagi sang raja.
- Para Brahmana sengaja didatangkan ke Indonesia untuk mengajar di lingkungan istana.
- Adanya bukti bahwa terdapat Kampung Keling yang memerlukan kaum Brahmana untuk upacara agama.
Kelemahan :
Dalam tradasi Hindu-Budha kaum Brahmana pantang
menyebrang lautan
Brahmana menurut ajaran tidak diperbolehkan
untuk berpergian, mereka bertugas untuk bertapa, mendekatkan diri kepada sang kuasa,
di suatu tempat peribadatan.
- Mempelajari bahasa Sansekerta sangat sulit, sehingga tidak mungkin dilakukan raja-raja di Indonesia hanya dengan mempelajari kitab Weda.
- Brahmana dilarang menyeberangi lautan apalagi meninggalkan tanah air, sehingga mendatangkan Brahmana merupakan hal yang tidak mungkin.
Teori Ksatria
By : C.C. Berg, Mookerji, J.L. Moens
Teori ini menjelaskan bahwa
agama dan kebudayaan hindu budha datang dibawa oleh golongan ksatria, Hal ini
disebabkan kekacauan politik di india, sehingga para ksatria yang kalah
melarikan diri ke indonesia. Mereka lalu mendirikan kerajaan-kerajaan serta
menyebarkan agama hindu. Terdapat beberapa ahli yang mengumukakan pendapatnya
unutk teori ini. Mereka percaya bahwa teori ini dibawa oleh para kstaria karna
mereka memiliki jiwa mengembara yang kuat.
Berikut beberapa pendapat ahli :
1. C.
C BERG
Pada zaman dahulu ,saaat
kstaria sampai di Indonesia, mereka diminta untuk membatu salah satu pihak /
kelompok untuk menglahkan musuhnya. Dengan sebuah perjanjian yaitu, saat
ksatria memenangkan pertarungan maka, ia dapat menekahi perempuan pribumi. Setelah
kejadian tersebut dan ksatria dapat memengkan pertarungan tersbut. Ia dapat
menikah dengan perempuan pribumi dan dapat dengan mudah menyebarkan ajaran
agama Budha/Hindu
2. Mookerji
Dalam pandangannya,ia
menyatakan bahwa para ksatria lah yang memiliki peran dalam proses penyebaran
agama Hindu-Budha di Indonesia yang di kemudiannya mereka membangun
koloni-koloni yang akhirnya membentuk sebuah kerajaan.
3. J.
L Moens
Ia berpendapat bahwa proses
terbentuknya kerajaan-kerajaan yang berada di Indonesia yang terbentuk pada
sekitar awal abad ke-5, memiliki kaitan dengan situasi yang terdapat di India,
yaitu hancurnya kerajaan yang berada di India yang menyebabkan parakeluarga
kerajaannya melarikan diri ke Indonesia. Nantinya mereka akan berkembang di
Indonesia dan kemudian mendirikan kerajaan sendiri.
Kelebihan :
Kaum Ksatria menunjukan rasa semangat dalam
berpetualang ke seluruh dunia
- Para Ksatria memiliki semangat berpetualang dan menaklukkan daerah lain.
- Menurut C.C. Berg, para ksatria terlibat konflik dalam masalah perebutan kekuasaan di Indonesia. Apabila menang, mereka akan dinikahkan dengan putri dari kepala suku yang dibantunya. Maka, tradisi Hindu berkembang dengan mudah melalui perkawinan ini.
- Menurut Mookerji, para ksatria membangun koloni-koloni yang berkembang menjadi kerajaan dan menjalin hubungan dengan kerajaan India.
- Menurut J. L. Moens, para ksatria yang melarikan diri mendirikan kerajaan baru di Indonesia.
Kekurangan :
·
- Tidak mungkin pelarian kstaria dari India bisa mendapat kedudukan yang tinggi di Indonesia, karena pada saat itu pemimpin di Indonesia adalah orang yang dirasa memiliki kelebihan dibanding yang lain.
- Tidak ada bukti yang kuat bahwa penyerangan yang dilakukan India terhadap Indonesia bertujuan untuk menyebarkan agama Hindu.
- Kehidupan masyarakat Indonesia tidak sama dengan masyarakat India. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi penguasaan secara mendasar pada aspek kehidupan masyarakat Indonesia.
- Para Ksatria tidak menguasai bahasa Sansekerta
- Tidak ditemukan prasasti/peninggalan yang menunjukkan adanya penaklukkan yang dilakukan India.
Teori Waisya
By : N.J. Krom
Menurut teori ini, orang-orang
dari kasta waisya lah yang menyebarkan agama hindu dan buddha. Sebagaimana
diketahui, bahwa kasta waisya adalah kasta yang terdiri dari para pedagang. Dan
pada zaman dahulu (bahkan di beberapa tempat sampai sekarang) kasta ini adalah
kasta dengan jumlah anggota terbesar. Para pedagang, mereka mengikuti angin
musim (setengah tahun berganti arah) dan enam bulan menetap di Indonesia.
Pedagang tersebut selain berdagang juga memperkenalkan agama Hindhu Budha di
masyarakat nusantara. Saat ingin kembali ke India, mereka harus menunggu angin
musim agar dapat kembali ke India akhirnya selama para pedagang tersebut
tinggal menetap, memungkinkan terjadinya perkawinan dengan perempuan-perempuan
pribumi.
Kelebihan :
Banyak Sumber Daya Alam (SDA) di Indonesia dan
para pedagang yang berasal dari India dan menyebarkan agama Hindu-Buddha ketika
berdagang
- Teori ini masuk akal, karena besar kemungkinan agama dan kebudayaan tersebut tersebar melalui interaksi perdagangan.
- Ditemukannya perkampungan pedagang India di beberapa daerah di Indonesia (Kampung Keling)
Kelemahan :
·
Jika para pedagang datang, mereka datang ke daerah pesisir pantai,
sehingga terjadinya pengaruh agama hindu dan budha di dekat pesisir pantai.
Kerajaan-kerajaan yang ditemukan berada di pedalaman yang cukup jauh (bahkan
sangat jauh) dari pesisir pantai.
·
Para Pedagang tidak mengerti bahasa Sansekerta dan huruf pallawa.
Padahal, semua yang menyangkut tentang keagamaan tertulis dalam kitab agama
yang dituliskan dengan bahasa Sansekerta dan huruf pallawa.
- Motif bangsa India datang ke Indonesia adalah untuk berdagang, sehingga hubungan sosial yang terbentuk hanya berkisar seputar perdagangan, bukan penyebaran agama.
- Mereka lebih banyak menetap di daerah sekitar pantai untuk memudahkan perdagangan. Namun, kerajaan-kerajaan Hindu malah ditemukan di daerah pedalaman. Sehingga, agama ini tidak disebarkan oleh Waisya.
- Penghuni Kampung Keling memeiliki kedudukan yang sama dengan warga Indonesia di daerah itu, sehingga pengaruh agama yang mereka bawa tidaklah memberikan perubahan yang besar terhadap penduduk Indonesia.
- Kaum Waisya tidak bertugas menyebarkan agama. Mereka pun tidak memahami ajaran agama secara mendalam karena ketidak mampuannya dalam memahami bahasa Sansekerta layaknya kaum Brahmana.
- Tulisan dalam prasasti dan bangunan keagamaan Hindu ditemukan tertulis dalam bahasa Sansekerta yang hanya dipahami Kaum Brahmana.
Teori Arus Balik
By : G. Coedes
Teori ini mengatakan bahwa
agama dan kebudayaan Hindu/Buddha pengaruh dari masyarakat Indonesia sendiri,
yaitu karena peran aktif masyarakat Indonesia di masa silam. G. Coedes,
pendekung teori ini menyatakan bahwa masyarakat di Indonesia lah yang berperan
aktif dalam proses penyebaran agama Hindu-Budha. Orang India yang pertama kali
masuk ke Indonesia adalah orang-orang yang memiiliki keinginan untuk
menyebarkan agama Hindu-Budha. Kemudian setelah itu, muncul lah tokoh-tokoh
masyarakat yang tertarik dengan ajaran Hindu-Budha dan kemudian pergi ke India
untuk memperdalam ilmunya mengenai agama Hindu-Budha.
Terlepas dari teori tersebut
, orang-orang Indonesia ikut memegang peranan penting dalam masuknya agama dan
budaya India. Orang-orang Indonesia yang memiliki pengetahuan dari pada pendeta
India kemudian pergi ke tempat asal guru mereka untuk melakukan ziarah dan
menambah ilmu mereka. Sekembalinya dari India dengan bekal pengetahuan yang
cukup, mereka ikut serta menyebarkan agama dan budaya dengan memakai bahasa
mereka sendiri. Ajaran-ajaran yang mereka sebarkan dapat lebih cepat diterima
oleh penduduk. Jadi, proses masuknya budaya India ke Indonesia menjadi lebih
cepat dan mudah.
Hal lainnya yaitu ketika
masyarakat pribumi pergi ke India, penduduk pribumi tertarik akan kesaaman
budaya yang dimiliki India-indonesia . Misalnya saja; candi dengan punden
berundak, kepercayaan, dan sebagainya.
Orang-orang pribumi pun
akhirnya mendalami kebudayaan tersebut, mereka turut menumpang kapal pedagang
untuk pergi ke India. Di sana ia pasti bertemu dengan para brahmana, dan
akhirnya mendalami agama Hindu-Buddha. Setelah itu mereka pulang dan
menyampaikan ilmu yang diperolehnya.
Kelebihan
:
- Adanya kemungkinan para bangsawan di Indonesia mengunjungi India untuk belajar agama dan budaya.
- Lebih menekankan keaktifan bangsa Indonesia berpartisipasi dalam proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu ke Indonesia.
Kelemahan :
Kemungkinaan orang Indonesia untuk belejar agama Hindu-Budha ke
india sulit, karena pada masa itu orang indonesia masih bersifat pasif.
Peta jalur penyebaran agama Hindu-Budha di
indonesia
Bukti-Bukti Peninggalan:
- Candi Borobudur
Candi Borobudur berbentuk punden berundak, yang terdiri dari enam tingkat berbentuk bujur sangkar, tiga tingkat berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Selain itu tersebar di semua tingkat-tingkatannya beberapa stupa.
Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra.
- Candi Mendut
Ciri-Ciri nya :
Hiasan yang terdapat pada candi Mendut berupa hiasan yang berselang-seling. Dihiasi dengan ukiran makhluk-makhluk kahyangan berupa bidadara dan bidadari, dua ekor kera dan seekor garuda.
Candi Mendut adalah sebuah candi berlatar belakang agama Buddha. Candi ini terletak di desa Mendut, kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, beberapa kilometer dari candi Borobudur.
Candi Mendut didirikan semasa pemerintahan Raja Indra dari dinasti Syailendra. Di dalam prasasti Karangtengah yang bertarikh 824 Masehi, disebutkan bahwa raja Indra telah membangun bangunan suci bernama veluvana yang artinya adalah hutan bambu. Oleh seorang ahli arkeologi Belanda bernama J.G. de Casparis, kata ini dihubungkan dengan Candi Mendut.
- Kitab Cilpa Sastra, merupakan peninggalan Kerajaan Syailendra yang berisi dasar-dasar pokok membuat candi.
- Prasasti Muara Kaman, di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Prasasti ini ditulis sekitar tahun 400 Masehi, berisi tentang sejarah Kerajaan Kutai.
- Prasasti Canggal tahun 732 M, di dekat Magelang. Berisi tentang Kerajaan Mataram Hindu dengan Raja Sanjaya.
- Yupa
Yupa adalah prasasti yang dituliskan pada tiang batu. Awalnya, yupa digunakan untuk mengikat kurban, baik hewan maupun manusia yang akan dipersembahkan kepada dewa.
Yupa ditemukan di Kalimantan Timur, pada abad ke-5 yang berisi tentang kisah seorang raja bernama Mulawarman yang baik budiman dan mempunyai kakek bernama Kudungga. Saat pemerintahan Mulawarman, rakyat hidup makmur dan sejahtera. Mulawarman juga memiliki hubungan yang baik dengan kaum Brahmana.
- Patung Gajah Mada
Patung ini dibuat untuk mengenang jasa-jasa Patih Gajahmada dalam mempersatukan Nusantara di bawah Majapahit. Pada saat diangkat menjadi Mangkubumi atau Perdana Menteri Majapahit, Gajah Mada mengucapkan sumpah yang bernama “Sumpah Palapa”.
- Patung Buddha
Ditemukan di Bukit Siguntang, Palembang pada abad ke-2. Patung Buddha merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya sebagai bukti bahwa agama Buddha berkembang dengan baik. Selain itu terdapat juga patung Buddha di Candi Mendut.
1 comments: